Senin, 27 Juli 2015

Open Call Untuk Seniman Muda
Unknown13.33 0 komentar



Festival Kesenian Yogyakarta mengundang Anda untuk berpartisipasi dalam Pameran Perupa Muda (Paperu) FKY 27 yang akan diselenggarakan pada 25-31 Agustus 2015, di Sasana Hinggil, Alun-alun Kidul, Yogyakarta.

Syarat umum pendaftaran adalah: berusia 18 - 35 tahun dan memiliki hasrat yang besar untuk mengeksplorasi konsep dan tema pameran, berdasarkan minat dan kecenderungan bidang visual yang tengah dikerjakan. Pendaftaran open call ditutup pada 15 Agustus 2015.


Persyaratan Seleksi
1. Perupa muda berusia 18-35 tahun.
2. Karya yang dikirim bisa dalam dua wujud :
• 2 (dua) dimensi dengan ukuran maksimum 1.5 m x 1 m
• Instalasi 3 (tiga) dimensi dengan ukuran maksimum 2 m x 3 m x 2 m
3. Media bebas
4. Diutamakan mengajukan karya terbaru.
5. Dibolehkan mengirim karya lama, dengan syarat karya harus diciptakan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2010-2015) dan sesuai dengan tema serta konsep pameran.
6. Karya yang diajukan bisa dikerjakan secara individual maupun secara berkelompok (kolektif).
7. Peserta mengirimkan berbagai macam dokumen teknis sebagai berikut :
• Bila mengirimkan karya lama, diharapkan mengirim foto karya dengan resolusi tinggi (300dpi, dengan ukuran file minimum 1 MB).
• Bila mengajukan karya baru, kirimkan foto/hasil scan sketsa karya dengan resolusi tinggi (300dpi, dengan ukuran file minimum 1 MB).
• Detil karya dan penjabaran konsep karya dalam format MS Word, maksimum 300 kata, yang bisa disunting ulang oleh tim panitia. Detil karya meliputi judul, media, ukuran, tahun pembuatan.
• Biodata maupun CV perupa yang memuat data-data tentang nama, alamat surat, nomor telpon, alamat e-mail, serta riwayat kepesertaan pada pameran seni rupa.
• Semua dokumen digabung dalam sebuah folder terkompres (format .ZIP atau .RAR) yang diberi nama sesuai nama calon peserta, dan dikirimkan ke alamat email larassinawangfky27@gmail.comsebelum tanggal 15 Agustus 2015. Tenggat waktu pengiriman dokumen adalah 15 Agustus 2015 pukul 24:00.
8. Proses seleksi dilakukan oleh : Stefan Buana (seniman), Eross SO7 (musisi), Greg Wuryanto (arsitek - akademis), Gintani Swastika (seniman - kurator)
9. Hasil seleksi akan diumumkan pada tanggal 20 Agustus 2015 di situs resmi FKY www.infofky.com
10. Calon peserta yang lolos seleksi diminta mengirimkan karya ke kantor panitia pameran antara tanggal 21-24 Agustus 2015, dan selambat-lambatnya pada tanggal 24 Agustus 2015. Catatan lebih lanjut untuk teknis pengiriman karya akan disusulkan lewat email calon peserta yang lolos seleksi.
11. Pemajangan karya akan dilakukan pada tanggal 23-24 Agustus 2015. Tim pajang karya pameran akan bertanggung jawab pada proses tersebut. Peserta lolos seleksi yang membutuhkan hal khusus terkait pemajangan karya diharapkan menghubungi koordinator display.
12. Contact Person:
• Arsita Pinandita (Pimpinan Pameran) 08175416118
• Mohammad Hadid (Pimpinan Program) 08156868578
• Raga Oktaviansyah (Manajemen Karya) 08562933168

Formulir bisa diunduh melalui tautan di bawah ini:

Syarat dan Ketentuan Paperu FKY27

Paperu FKY27: LARAS SINAWANG
Unknown11.01 0 komentar

Paperu merupakan sebuah singkatan yang merujuk kepada para perupa muda yang hidup di lintasan zaman digital dan ‘apa saja boleh’, di mana seni seakan-akan menjadi praktik cair yang bisa dilakukan siapa saja.

Latar Pemikiran
Tajuk ‘Paperu FKY27: Laras Sinawang‘ merujuk pada sebuah ruang aktualisasi dari sebuah konsep keselarasan hidup atau harmoni. Kata sinawang diambil dari istilah dalam Jawa “sawang sinawang” yang mempunyai makna harafiah berarti saling memandang terhadap orang lain dan diri sendiri. Laras Sinawang dalam pameran ini menjadi bahan refleksi diri manusia terhadap harmonisasi perjalanan hidup yang diyakini.
Berangkat dari sana, pameran ini ingin bercermin pada dua hal, yakni semangat dalam tema besar perhelatan FKY 27 saat ini untuk “dandan” dan semangat untuk “membicarakan zaman”, di mana orang-orang kini hidup di tengah melimpahnya arus informasi (bahkan yang paling banal sekalipun), kekecewaan maupun harapan terhadap negara, sampai menyeruaknya ruang-ruang untuk mengekspresikan diri serta menawarkan rangkaian kerja “estetik” melalui media sosial. Di tengah semangat zaman seperti itu, masih bisakah kita saling sinawang atau merefleksikan orang-orang biasa di dalam kehidupan dan seni pada umumnya?
Orang-orang biasa di dalam perubahan sejarah menjadi penting untuk ditangkap semangatnya, pertama-tama karena “orang-orang biasa” bukanlah sebuah subject matter yang asing. Dalam dunia seni rupa, bapak seni modern Indonesia Sudjojono pernah menggaungkan betapa pentingnya bagi seorang seniman untuk kembali ke segala hal-ihwal tentang masyarakatnya sendiri. Sekali waktu, lewat sebuah esei berjudul “Menuju Corak Seni Lukis Persatuan Indonesia Baru”, Sudjojono pernah mengajak para seniman untuk merasai ‘kehidupan rakyat jelata kita dikampung-kampung, desa-desa dan juga gambaran-gambaran berwarna, anak-anak kita [yang] masih tulen rasa warna dan coraknya serta belum dirusak oleh pelajaran guru-guru menggambar yang berasa warna Barat’, sebab dari sanalah terletak adagium ‘kesenian yang merdeka, segar, dan hidup’.
Apa yang digaungkan Sudjojono mudah disalah-pahami sebagai ajakan untuk kembali kepada realisme, meski ‘Paperu: Laras Sinawang’ tidak bermaksud menekankan subject matter dan konsepnya semata pada gaya tersebut. Meski demikian, dengan konteks zaman serta perkembangan kebudayaan sekarang yang tentu saja sangat berbeda dengan zaman di mana Sudjojono hidup (zaman yang penuh pergulatan dan pencarian identitas nasional Indonesia), semangat untuk kembali ke ‘orang-orang biasa’, seperti digaungkan oleh sang peletak fondasi senirupa modern Indonesia itu, masih tetap bisa dipinjam untuk kemudian disesuaikan dengan kebutuhan zaman sekarang.
Alasan berikutnya yang bakal menjawab kenapa orang-orang biasa menjadi penting untuk dibicarakan lebih berhubungan dengan konteks “dandan” yang menjadi tema besar FKY 27 2015. Sebagaimana bisa dilihat, Yogyakarta beberapa tahun belakangan mengalami perubahan yang luar biasa. Lanskap kota yang berubah seturut dengan pertumbuhan modal serta kapitalisme yang makin menggurita. Berkaca dari perubahan pesat Yogyakarta itu sendiri, tampak bahwa kota dengan status keistimewaan itu sedang berusaha untuk mendandani dirinya. Dalam situasi zaman sekarang yang penuh dengan banjir informasi serta beragam saluran untuk mengekspresikan pandangan serta kedirian masing-masing, semangat untuk kembali ke ‘orang-orang biasa’ bukanlah sesuatu yang asing. Salah satu contoh riil adalah menjamurnya semangat berkesenian yang mengajak publik untuk terlibat dan merespon berbagai macam isu lokal yang terkait dengan hidup sehari-hari mereka.  
Berangkat dari pemahaman yang disebut di atas, ‘Parperu x Paperu: Laras Sinawang‘ pada gilirannya dimaksudkan sebagai ruang saling sinawang terhadap sekitar, membangun harmoni pada kehidupan. Yang jauh lebih penting dari itu adalah menawarkan “peta rasa serta pengetahuan” tentang zamansekarang – pengetahuan yang nantinya dilihat dari kacamata seni yang menekankan subject matter-nya pada orang-orang biasa dalam aliran sejarah.

Pameran Perupa Muda (Paperu) FKY27 akan berlangsung pada 25 - 31 Agustus 2015 di Sasana Hinggil, Alun-Alun Kidul, Yogyakarta. Sebanyak 10 seniman undangan dan 30 seniman seleksi open call bakal meramaikan pameran tersebut.