Paperu FKY. Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 15 Juni 2017
SOSIALISASI - PAPERU - FKY 29
Unknown14.14
1 komentar
Abstraksi Kuratorial Paperu (Pameran Perupa Muda) IV
Hadirnya media
sosial di tengah masyarakat membawa berbagai macam dampak bagi setiap lini
kehidupan. Alih-alih mengelak, medan seni rupa tampak tidak bisa lepas dari dampak
yang dimaksud. Munculnya ribuan karya seni setiap hari di newsfeed Instagram kita, misalnya, membuat pencarian referensi
visual menjadi lebih mudah. Tinggal klik, selesai.
Akan tetapi
acapkali keadaan semacam itu membuat kita semakin sulit untuk mencari kekuatan
supaya kita bisa berdiri di dalam peta. Diperlukan strategi yang jitu untuk
bermain atau niscaya karya kita akan tenggelam begitu saja seperti ribuan
gambar yang lewat di timeline media
sosial yang kita gunakan.
Dalam laju
kencang dan hingar bingar tersebut diperlukan kendali diri; ngerem; berhenti sejenak untuk melihat
sekeliling dengan cermat, namun tetap menyalakan mesin penggerak. Perenungan
dan intropeksi menjadi penting guna mencari potensi diri dan memposisikan letak
kekuatan kita. Dari situlah kemudian kita bisa mencari waktu yang tepat untuk
maju ke medan laga.
Kata Kunci :
Ngerem
Judul Pameran : Brake!
Break!
Kurator dan Penulis : Hendra
Priyadhani dan Rain Rosidi
Minggu, 07 Agustus 2016
Pengumuman Seniman Pameran Perupa Muda FKY28
Suasana selepas seleksi karya Pameran Perupa Muda FKY28 (foto: Abi Setiaji) |
Dalam kaitannya
dengan tema besar FKY 28 (Festival Kesenian Yogyakarta 28), yakni ‘Masa Depan,
Hari ini Dulu’, Pameran Perupa Muda
(Paperu) ingin menempatkan diri dalam keyakinan bahwa
ketika berbicara masa depan dalam bingkai kekinian (masa sekarang dengan segala
fenomena dan realitasnya), orang pertama-tama perlu menengok kepada
sumber-sumber subjektif yang berasal dari dalam diri, yang tidak bisa dilihat
oleh orang lain, seringkali irasional dan mbeling
terhadap logika, namun menjadi serpihan kecil yang turut membangun makna
orang hidup di zaman sekarang. Bila masa depan mau dibayangkan, masa kini perlu
dimaknai terlebih dahulu. Bukan karena orang harus tergila-gila dengan makna
dan tergesa-gesa membuat hidupnya menjadi lebih bermakna, melainkan karena dari
masa kinilah orang bisa membayangkan akan seperti apa masa depan nantinya.
Dengan mendasarkan diri pada abstraksi yang telah disebutkan di atas, kami
tim Paperu beserta tim seleksi yang terdiri dari Prof. Dwi Marianto Phd, dan
Rain Rosidi (narasumber FKY 28), Hendra Himawan (kurator Paperu), telah
melaksanakan proses seleksi pada hari Sabtu 6 Agustus 2016 di Padepokan Wayang
Ukur, Taman Siswa. Proses yang telah dilakukan memilih karya-karya seniman
dengan mengacu kepada sejumlah kriteria, seperti kesesuaian konsep dengan tema
Paperu kali ini, gagasan, artistik, dan cara penyajian. Selain melakukan proses
seleksi karya, kami juga mengundang beberapa nama untuk turut ambil bagian
dalam Paperu sebagai seniman undangan.
Maka di bawah ini kami menyajikan daftar lengkap seniman yang turut
memeriahkan Paperu FKY 28.
No
|
Nama Seniman
|
1
|
AC
Andre Tanama
|
2
|
Adek
Dimas Ajisaka
|
3
|
Afdhal
|
4
|
Agung
Tattoo Suryanto
|
5
|
Agustina
Triwahyuningsih
|
6
|
Alexandra
Ivantono
|
7
|
Angga
Yuniar Santosa
|
8
|
Anggar
Prasetyo
|
9
|
Arief
Budiman
|
10
|
Aries
BM
|
11
|
Asep
Prasetyo
|
12
|
Benny
Wicaksono
|
13
|
Bron
Zaelani
|
14
|
Chatibah
Silmi
|
15
|
Dedi
Sufriadi
|
16
|
Deni
Rahman
|
17
|
Diana
Ibrahim
|
18
|
Dias
Prabu
|
19
|
Didik
797
|
20
|
Dyah
Retno Fitriani
|
21
|
Dyan
Condro
|
22
|
Eva
Bubla
|
23
|
Hardy
Ramadhani
|
24
|
Hendra
Blangkon Priyadhani
|
25
|
Hendra
'Hehe' Harsono
|
26
|
I
Putu Adi Suanjaya
|
27
|
Iabadiou
Piko
|
28
|
IBK Sindu
Putra
|
29
|
Ican
Harem
|
30
|
Iqi
Qoror
|
31
|
Ismanto
Wahyudi
|
32
|
Jhoni
Saputra
|
33
|
Karyadi
x Jathilan Komunitas
|
34
|
Laksmi
Sitharesmi
|
35
|
Lintang
Raditya
|
36
|
M.
Fadhil Abdi
|
37
|
M.A Roziq
|
38
|
Mahaputra
Vito Wikandhitya
|
39
|
Maqbul
Khoir
|
40
|
Marten
Bayuaji
|
41
|
Muhammad
Lugas Sillabus
|
42
|
Muhammad
Taufik (Emte)
|
43
|
M.
Taufiq Hidayatulloh A.K.A Ate Rema
Ulung
|
44
|
Oky
Rey Montha
|
45
|
Om
Leo
|
46
|
Rangga
Anugrah Putra
|
47
|
Rangga
Jalu Pamungkas
|
48
|
RI
Aspagura
|
49
|
Rocka
Radipa
|
50
|
Ronald
Apriyan
|
51
|
Rudi
Hendriatno
|
52
|
Saharuddin
Supar
|
53
|
Sebastian
Advent
|
54
|
Seruni
Bodjawat
|
55
|
Siam
Candra Aritista
|
56
|
Sony
Prasetyotomo
|
57
|
Syams
Riadio
|
58
|
Tejo
Purnomo
|
59
|
Wildan
Indra Sugara
|
60
|
Ira Agrivene
|
61
|
Yahya
Dwi Kurniawan
|
Minggu, 24 Juli 2016
Menjelang Masa Depan, Hari Ini Bermain Bambu Dulu
Instalasi bambu di FKY 28 (foto: Adib Fajariyanto) |
Ada banyak hal menarik pada bambu. Semisal dalam sebuah potongan cerita komik Kungfu Boy, bambu disebut sebagai tanaman yang tidak mudah patah dan luwes, sama seperti Kung Fu. Bambu yang dianyam juga memiliki karakteristik tersendiri ketika dijadikan kursi atau meja. Ia menarik sebagai produk untuk diekspor. Atau ketika beberapa teman bercerita selintas lalu tentang harga bambu yang akhir-akhir ini menjadi mahal. Mungkin karena popularitasnya yang sedang menanjak beberapa tahun belakangan.
Atau cerita lain: Festival Kesenian Yogyakarta 28 (FKY 28) yang memakai bambu sebagai elemen artistik.
Cerita tentang FKY 28 yang memakai bambu sebagai bagian dari elemen artistik tentu saja bukanlah berita baru. Bambu sudah dipakai sebagai bagian dari elemen artistik pada perhelatan FKY 27 tahun lalu. Bila tahun lalu Anda berkunjung ke taman kuliner Condongcatur - lokasi perhelatan FKY 27, dengan mudah Anda akan melihat rangkaian bambu yang berdiri membentuk objek estetis, di beberapa titik ruang di taman kuliner.
Tahun ini FKY masih mengambil lokasi perhelatan di Taman Kuliner, dan bambu masih dipakai sebagai bagian dari elemen artistik FKY. Hanya saja, FKY tahun ini menjadi lebih spesial karena melibatkan AusIndoArch. Yang terakhir ini merujuk pada nama program yang diinisiasi oleh Andrea Nield, yang bertujuan untuk mengembangkan hubungan erat antara Australia dan Indonesia di bidang arsitektur. Tahun ini adalah kali ketiga program tersebut dijalankan. 6 grup mahasiswa Australia dan Indonesia, serta Eko Prawoto dan Cave Urban sebagai mentor, bergabung dalam program AusIndoArch, guna mendesain dan membuat konstruksi untuk beberapa macam objek termasuk instalasi, gerbang utama, bangku, dan beberapa objek-objek lain yang nantinya dimanfaatkan selama perhelatan FKY 28.
Rabu sore, 20 Juli, angin di Taman Kuliner mengalir menerpa tubuh dan wajah, namun tidak menyakitkan. Malah menyegarkan. Cuaca sedikit mendung, namun anginnya tidak menunjukkan tanda-tanda hujan. "Anginnya bukan angin petanda hujan," kata Roby rekan kami, berusaha meyakinkan. Di bagian utara Taman Kuliner terlihat sekelompok orang, di tengah padang rumput yang tidak begitu luas. Mereka sibuk mempersiapkan material bambu untuk dirangkai dan dijadikan sebuah objek.
Di tengah padang rumput yang tidak begitu luas itulah saya sempat melakukan perbincangan singkat dengan Andrea Nield, yang dalam katalog Hands on Architecture dirujuk sebagai Australian Curator dalam program AusIndoArch Yogyakarta 2016. "Bambu Indonesia adalah bambu terbaik", katanya ketika saya bertanya di antara banyak negara, mana yang punya bambu paling bagus. "Bahkan lebih baik dari punya China?" kata saya menimpali. "Ya".
Bekerja untuk masa depan (foto: M. Hadid) |
IndoAusArch bekerja membuat instalasi bambu untuk FKY 28 (foto: M. Hadid) |
FKY hari ini punya kesenangan yang dieksplorasi lewat material bambu terbaik di seluruh negara.
Mengapa bambu yang dipilih dan bukan material lain? "Karena (bambu) material yang bisa diperbarui dengan cepat," kata Yohana Raharjo, arsitek yang dalam program IndoAusArch kali ini bertindak sebagai asisten koordinator, atau Indonesian Curator, sebagaimana disebut di dalam katalog Hands on Architcture. Demikianlah, kepraktisan, fleksibilitas yang tinggi, dan cepatnya perputaran hidup bambu menjadi alasan utama dipilihnya material tersebut sebagai penanda utama di perhelatan FKY tahun ini. Namun meski bambu dikenal sebagai material yang kuat dan fleksibel, "manusia harus mengikuti kemauan bambu", Yohana melanjutkan ceritanya tentang material tersebut.
Orang tidak bisa mengatur seberapa besar lengkungan bambu, atau dalam pemahaman material, manusia tidak bisa semau gue ketika berhadapan dengan bambu. Yohana bercerita dengan mengambil contoh tegas, misalnya bahwa manusia tidak bisa mengatur secara persis lengkungan bambu sesuai keinginannya. Dengan kata lain, manusia tidak bisa memaksakan keinginan mutlaknya - sebagai individu yang kadang memiliki egoisme yang tinggi - ketika berhadapan dengan material tersebut, meskipun ia dikenal memiliki fleksibilitas tinggi.
Lalu, mengapa FKY?
"Kita soalnya tidak ingin bikin instalasi, terus sia-sia. Maksudnya, seperti tidak ada konteksnya ... terserah kamu mau bikin apa, terus ditaruh di mana. Itu kan seperti ... terus buat apa? Kalau ini kan ada FKY, bakal digunakan untuk acara, Festival Kesenian Yogyakarta yang gratis untuk semua orang. Jadi kita merasa lebih ada maknanya kita melakukan ini," Yohana kembali menimpali. Dengan segala macam kekuatan dalam diri bambu, ditambah keberadaan program IndoAusArch serta FKY, material tersebut menemukan makna kediriannya ketika digunakan bukan untuk sesuatu yang sia-sia.
Bambu memang sedang menjadi primadona. Malam hari selepas dari Taman Kuliner, saya berbincang dengan seorang rekan perihal bambu. Rekan saya itu bercerita tentang bagaimana tanaman bambu bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah gersang. Tanamlah bambu di daerah gersang, maka akarnya yang mencapai kemana-mana di dalam tanah sanggup memancing air dan unsur hara lainnya, sehingga lambat laun tanah menjadi subur.
Dengan karakteristik yang kuat, bambu tumbuh dan memberikan banyak pelajaran mengenai kehidupan, terutama kepada manusia yang hidup di sekitarnya. FKY 28 yang mengambil tema Masa Depan, Hari ini Dulu sesungguhnya ingin belajar dari bambu, material yang kali ini masih dipercaya untuk menyenangkan banyak orang. Akan jadi seperti apa instalasi bambu di FKY 28 nantinya? Tunggu saja tanggal mainnya, mulai 23 Agustus 2016. (M. Hadid)
Bekerja dengan bambu di Taman Kuliner (foto: M. Hadid) |
Orang tidak bisa mengatur seberapa besar lengkungan bambu, atau dalam pemahaman material, manusia tidak bisa semau gue ketika berhadapan dengan bambu. Yohana bercerita dengan mengambil contoh tegas, misalnya bahwa manusia tidak bisa mengatur secara persis lengkungan bambu sesuai keinginannya. Dengan kata lain, manusia tidak bisa memaksakan keinginan mutlaknya - sebagai individu yang kadang memiliki egoisme yang tinggi - ketika berhadapan dengan material tersebut, meskipun ia dikenal memiliki fleksibilitas tinggi.
Lalu, mengapa FKY?
"Kita soalnya tidak ingin bikin instalasi, terus sia-sia. Maksudnya, seperti tidak ada konteksnya ... terserah kamu mau bikin apa, terus ditaruh di mana. Itu kan seperti ... terus buat apa? Kalau ini kan ada FKY, bakal digunakan untuk acara, Festival Kesenian Yogyakarta yang gratis untuk semua orang. Jadi kita merasa lebih ada maknanya kita melakukan ini," Yohana kembali menimpali. Dengan segala macam kekuatan dalam diri bambu, ditambah keberadaan program IndoAusArch serta FKY, material tersebut menemukan makna kediriannya ketika digunakan bukan untuk sesuatu yang sia-sia.
Bambu memang sedang menjadi primadona. Malam hari selepas dari Taman Kuliner, saya berbincang dengan seorang rekan perihal bambu. Rekan saya itu bercerita tentang bagaimana tanaman bambu bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah gersang. Tanamlah bambu di daerah gersang, maka akarnya yang mencapai kemana-mana di dalam tanah sanggup memancing air dan unsur hara lainnya, sehingga lambat laun tanah menjadi subur.
Dengan karakteristik yang kuat, bambu tumbuh dan memberikan banyak pelajaran mengenai kehidupan, terutama kepada manusia yang hidup di sekitarnya. FKY 28 yang mengambil tema Masa Depan, Hari ini Dulu sesungguhnya ingin belajar dari bambu, material yang kali ini masih dipercaya untuk menyenangkan banyak orang. Akan jadi seperti apa instalasi bambu di FKY 28 nantinya? Tunggu saja tanggal mainnya, mulai 23 Agustus 2016. (M. Hadid)